Jumat, 25 Februari 2011

DIARE


ANATOMI SISTEM GASTROINTESTINAL
Sistem Pencernaan adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat- zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

Sistem pencernaan atas terdiri dari:
1.      Mulut (Kavitas oris/ kavitas bukal)
Makanan memasuki rongga mulut. Didalam rongga mulut terdapat gigi, lidah, dan muara duktus glandula salivaria (klenjar ludah).
a.       Gigi
Mahkota gigi (crown) akan terlihat berada di atas gusi (gingiva). Akar gigi akan tertanam pada suatu soket pada tulang mandibula atau maksila. Lapisan mahkota gigi paling luar adalah email yang dibentuk oleh sel- sel yang disebut ameloblas.
 Dibawah email terdapat dentin. Dentin juga turut menyusun bagian akar gigi. Bagian gigi yang paling dalam adalah kavitas dentis yang mengandung pembuluh darah dan ujung nervus trigeminus (nervus kranialis ke- 5).

b.      Lidah
Lidah dibentuk oleh otot rangka yang dipersarafi oleh nervus hipoglosus (nervus kranialis ke-12). Pada permukaan atas lidah terdapat papilla yang mengandung kuncup pengecap. Saraf sensori untuk pengecap ini juga merupakan nervus kranialis, yaitu nervus fasialis (nervus ke-7) dan nervus glosofaringeus (nervus ke-9)
c.       Kelenjar ludah
Sekresi pencernaan yang terdapat dalam kavitas oris adalah saliva, yang diproduksi oleh tiga pasang kelenjar ludah (glandula salivaria):
1.      Glandula parotidea terdapat tepat di bawah telinga ke bagian depan.
2.      Glandula submandibularis (juga disebut sub maksilaris) terdapat pada pojok belakang mandibula.
3.      Kelenjar sublinguidalis terdapat di bawah dasar mulut.

2.      Faring
·         Faring adalah suatu pipa muscular di belakang rongga hidung dan mulut dan didepan vertebra servikalis. Faring bisa dibagi menjadi 3 bagian:
a.      Nasofaring
Nasofaring adalah suatu jalan hanya untuk udara, tetapi bagian sisanya, yaitu faring berfungsi untuk jalan udara dan makanan, meskipun tidak pada saat yang bersamaan.
b.      Orofaring
Berada dibelakang mulut. Pada dinding lateralnya terdapat tonsila palatine, juga nodule limfoidei.
c.       Laringofaring
Laringofaring adalah bagian paling bawah faring. Bagian anteriornya membuka menuju laring dan bagian posteriornya menuju esophagus. Kontraksi dinding muskuler orofaring dan laringofaring adalah bagian dalam reflex mmenelan.

3.      Esofagus
·         Esophagus merupakan suatu saluran yang panjangnya 25 cm terbentang dari faring sampai gaster. Bagian terbesar esophagus terletak di daerah toraks. Bagian yang diabdomen di bawah diafragma disebut pars abdominalis esophagie. Esophagus bersama nervus vagus menembus crus dextrum diafragma pada suatu lobang yang disebut hiatus esophagie pada setinggi vertebra thoracal 9 atau 10 sedikit disebelah kiri garis tengah (Hall- Craggs, 1985).
·         Pars abdominalis esophagie yang panjangnya kurang lebih 1,25 cm membentuk lekukan pada lobus kiri hepar (impressio esophagie hepatis), dan masuk ke bagian lambung dan disebut cardia ventriculi di belakang rawan iga 7 kiri.
4.      Lambung (Gaster/ Ventriculus/ stomach)
·         Kapasitas lambung kurang lebih 1,5 liter, tetapi dapat dilebarkan sampai 2-3 liter. Pada bayi yang baru lahir kapasitasnya kira- kira 30 cc. Jika dilihat dari depan abdomen dan pada posisi berbaring, lambung terletak di region hypochondriaca kiri, epigastrika dan umbilicalis.  Bentuknya adalah bentuk J. Lambung terdiri dari 5 bagian yaitu:
a.       Cardia
Cardia merupakan tempat masuknya esophagus ke dalam lambung
b.      Fundus
Fundus gastricus (NA) yang membentuk kuba merupakan bagian lambung yang berada di atas kiri dari ostium cardiacum.
c.       Corpus
Corpus gasticum merupakan bagian utama, terletak kurang lebih vertical (sedikit kea rah depan kanan) antara fundus dan incisura angularis beralih menjadi pars pylorca.
d.      Pars pyloric
Pars pyloric terdiri dari antrum pyloricum yang lebar disebelah proximalis dan kanalis pyloricus yang lebih sempit di sebelah distalis yang berakhir pada pylorus.
e.       Pylorus
Pylorus merupakan daerah terdapatnya penyempitan berupa sphincter yang umumnya berada dalam keadaan kontraksi tonik.

Saluran pencernaan bawah terdiri dari:

1.      Usus halus (Intestinum tenue)
Usus halus berdiameter sekitar 2,5 cm, dengan panjang sekitar 6 meter dan menghubungkan lambung dan sekum kolon. Usus halus terdiri dari duodenum merupkan bagian 25 cm pertama usus halus, jejenum memiliki panjang sekitar 2,4 meter dan ileum sekitar 3,3 meter.
*      Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
·         Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
·         Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.





*      Ligamentum Treitz
·         Pemisahan duodenum dan jejunum ditandai oleh adanya ligamnetum treitz

·         Ligament ini berfungsi sebagai ligamentum suspensorium ( penggantung)

*      Usus Kosong (Jejenum)
·         Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium..
·         Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”
*      Usus Penyerapan (Illeum)
·         Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia,) ileum terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.



2.      Usus besar (Kolon)
Usus besar atau biasa disebut kolon, memiliki diameter kurang lebih 6,3 cm dan panjang sekitar 1,5 meter. Usus besar ini menghubungkan bagian usus halus yang disebut ileum dan anus yang merupakan lubang paling akhir.
Kolon terdirir dari kolon asenden (kanan), kolon transversa, dan kolon desenden (kiri) yang melingkari usus halus, kolon sigmoid yang membelok kearah medial dan kearah bawah rektum dan kanalis analis.
 

3.      Rektum
Rektum (bahasa latin: regere yang artinya meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Panjang rektum sekitar 15 cm.

4.      Anus
Anus merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.

Saluran pencernaan organ tambahan (asesori)

1.      Hati (Hepar/ Liver)
Hati merupakan kelenjar paling besar dari tubuh. Pada orang dewasa dapat mencapai 1,5 kg atau 2-21/2 % dari berat tubuh; pada anak- anak relatif lebih berat, dapat mencapai 5 % dari berat tubuh.
Hati mempunyai bentuk seperti piramida dengan alasnya disebelah kanan dan puncaknya diujung kiri. Hati terdiri dari dua lobus besar yaitu lobus kanan dan kiri, yang mengisi kavitas abdominis bagian kanan atas dan tengah, tepat dibawah diafragma.
2.      Kandung empedu (Vesica biliaris/ Gallbladder)
Kandung empedu adalah suatu kantung dengan panjang sekitar 7,5- 10 cm, yang terletak pada permukaan bawah lobus kanan hepar.





3.      Limpa (Lien/ Splen)
Warnanya kemerahan dan pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 12,5 cm, lebar 7,5 cm dan tebal 3,5 cm, dengan berat 150 gr (bervariasi antara 50- 250 gr).
4.      Prankeas
Pankreas merupakan kelenjar pencernaan yang berwarna dadu kelabu, panjangnya antar 12-15 cm dan beratnya kurang lebih 90 gr. Pankreas yang terletak melintang, menyilang garis tengah, mulai dari bagian caput yang dikelilingi duodenum sampai ke kiri atas pada lien. Pankreas terletak pada regio epigastica dan hypochondriaca kiri. 




JENIS-JENIS PENYAKIT GASTROINTESTINAL
1.      Crohn’s  Disease
Penyakit Crohn adalah penyakit kronis dari saluran pencernaan. Ini adalah salah satu jenis penyakit inflamasi usus. Keunggulan dari Penyakit Crohn adalah pembengkakan saluran pencernaan, sakit perut dan sering diare. Penyakit Crohn serius dapat mengakibatkan komplikasi serius.

2.      Ulcerative Colitis
Colitis adalah penyakit kronis yang menyebabkan peradangan pada usus besar dan dubur atau di saluran pencernaan yang lebih rendah. Gejala klinisnya berupa sakit perut dan diare berdarah karena peradangan dan pengembangan luka terbuka (borok) dalam usus besar dan dubur.

3.    Celiac Disease
Celiac adalah penyakit umum kelainan genetik yang mempengaruhi usus kecil dan kemampuan tubuh untuk mencerna dan menyerap nutrisi. Penyakit Celiac bisa serius, dan jika tidak diobati, dapat mengakibatkan kondisi seperti kekurangan vitamin dan mineral, kekurangan gizi , kanker usus kecil, dan anemia .

4.    Radang Usus
Penyakit usus inflamasi adalah istilah umum yang mencakup beberapa penyakit yang menyebabkan inflamasi berulang. Penyakit usus inflamasi merupakan gangguan yang umum dan termasuk ulcerative colitis, Crohn's disease, dan pouchitis

5.    Irritable Bowel Syndrome
Irritable bowel syndrome adalah kondisi umum yang mempengaruhi saluran pencernaan bawah (usus) dan menghasilkan gejala tidak nyaman, seperti penderitaan emosional dan gerakan usus abnormal.


6.    Carcinoid Sindrom
Penyakit jantung carcinoid adalah metastasis, penyakit langka yang terjadi terutama di jantung kanan. Katup trikuspid dan pulmonal yang terpengaruh, menyebabkan gagal jantung kanan dan menyebabkan peningkatan morbiditas dan kematian.

7.    Pankreatitis
Pankreatitis adalah penyakit yang serius dari pankreas, organ dan kelenjar di daerah perut bagian atas. Pankreatitis ditandai oleh peradangan pankreas dan dapat mengancam jiwa. Pankreatitis dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti diabetes, malabsorpsi, perdarahan, dan kegagalan organ.

8.      Batu Empedu
Batu empedu adalah kondisi umum dari saluran empedu dari sistem pencernaan. Batu empedu adalah endapan keras yang mirip dengan kelereng atau batu yang dapat berkembang di kantong empedu. Mereka bisa kecil, seperti butiran pasir, untuk cukup besar dalam ukuran, seperti sebuah bola golf.















DIARE
I.                   DEFENISI

Ø  Diare yaitu buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/ 24 jam ,tinja yang cair atau lembek .
Ø  Diare dibagi kepada :
a.       DIARE AKUT: Diare yang berlangsung  kurang dari 15 hari,
b.      DIARE KRONIK: Diare yang berlangsung lebih dari 15 hari

II.                ETIOLOGI

*      Infeksi
a.       Parasit
-          Amebeasis, balantidiasis, helmintiasis
b.      Bakterial
-          Basiler disentri, para cholera EL Tor, salmonellosis, tuberculos enterokolitis,entero patogenic Escheria Coli, Staphylococcus enterocolitis
c.       Enteroviral
-          Virus gastroenteritis

*      Keracunan makanan
a.       Karena toksin bakteri , misalnya botulisme dan entero toksin Staphylococcus
b.      Karena toksin yang dikeluarkan oleh makanan sendiri .

*      Diare akibat obat – obatan
a.       Post antibiotik diare, dapat terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit dan mendapat terapi antibiotika yang lama. Dimana bakteri sudah resistent terhadap antibiotika
b.      Diare dapat timbul secara sekunder karena dosis yang berlebihan dari kuinidin, colchicin, digitalis, reserpin, laksatif dan lain – lainya.
*      Diare yang etiologinya yang tidak pasti
a.       Misalnya: Karena pseudomembranous enterocolitis
b.      Suatu infeksi pada colon yang disebebkan oleh bakteri Clostridium difficile

*      Diare psikologis
a.       Perasaan takut dan cemas

III.             PATOFISIOLOGI


A.    Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang biak di dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi air dan elektrolit yang selanjutnya akan menimbulkan diare.


B.     Patogenesis diare kronik lebih kompleks dan faktor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.




C.    Secara umum patofisiologi diare adalah :
v  Diare Osmotik
·         Diare tipe ini disebabkan karena  meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus halus sehingga menyebabkan pengeluaran air ke lumen mengikuti gradien osmotic.

Zat/makanan  yang tidak dapat diabsorbsi
Tekanan osmotic meningkat
 



                                                                         
Penarikkan elekrolit dan air dari plasma
 



                                                                         
Volume cairan di  Rongga usus (berlebihan)
 



                                                                         
Dinding usus akan berkontraksi
 



Hipermotilitas atau hiperperistaltik
                                                                         
DIARE
 




                                                                         
v  Diare Sekresi
·         Diare tipe ini disebabkan oleh peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus dan penurunan absorpsi/penyerapan. Diare ini dapat bersifat infektif (misalnya infeksi V. cholera, E. coli) tapi dapat juga bersifat non-infektif.
·         Contoh :  Salah satu patofisiologi non-infektif  :
Gastrinoma
 


             
Pelepasan sekretin
Hyperplasia sel parietal di fundus lambung
Pengeluran asam berlebihan
Penarikkan air dan bikarbonat dari usus halus dan sel pankreas
 









                                          
Volume cairan di rongga usus meningkat
Mengekskresi cairan
Dinding usus akan berkontraksi
Hipermotilitas atau hiperperistaltik
DIARE
 














v  Diare Infektius
A. Virus
·         Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini  menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Potogenesis diare yang  disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut:
Virus+makanan/minuman
Infeksi sel epitel usus dan villus
Terjadi proses perbaikkan

Pembentukkan enterosit baru
Belum matang dan fungsinya tidak sempurna
Villus mengalami atrofi dan Tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan

 















Peningkatan tekanan osmotik
Hiperperistaltik usus
 



                                                                                                             
DIARE
 


B. Bakteri

·         Penyakit diare selain disebabkan oleh virus juga disebabkan oleh bakteri seperti vibrio cholerea . Patogenesis infeksi bakteri ini  adalah sebagai berikut:
Bakteri + makanan/minuman
Mekanisme pertahanan tubuh
Bakteri kuat sampai kedalam  usus duabelas jari (duodenum)

Bakteri berkembang biak  dan memproduksi enzim mucinase
Mengeluarkan toksin dan melepaskan CAMP (Cyclic Adenosine Monophosphate)


Rangsangan sekresi cairan di usus
Dinding usus berkontraksi
Hipermotilitas atau hiperperistaltik
DIARE
Bakteri masuk kedalam membran (dinding) sel epitel

 


























v  Diare Inflamatorik
·         Diare yang terjadi karena adanya proses peradangan
Inflamasi
Kerusakan mukosa
Produksi mukus meningkat dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen
 







volume cairan meningkat
Gangguan absorbsi air dan elektrolit
DIARE
 









v  Gangguan Motilitas Usus
·         Diare tipe ini disebabkan oleh hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus

Hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus
Proses absorbtif cepat
Berkurangnya Kesempatan Usus Untuk Menyerap Makanan,dan cairan
DIARE 
 









v  Gangguan Permeabilitas Usus
·         Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus. Dapat disebabkan antara lain oleh infeksi dan penyakit seliaka
Penyakit Seliaka
Sensitif  terhadap gluten / gliadin
Memicu respon imun
Kerusakan enterosit
Pendataran vilus
Penyerapan tidak sempurna
Luas permukaan absorbsi berkurang
Datangnya sel B dan sel plasma di usus halus dan sel limfosit di lambung
Terpajan
DIARE
 



























v  Malabsorbsi Asam Empedu Dan Lemak
·         Terjadinya   gangguan pembentukan/produksi micelle
Penyakit hati/ Billier
Pembentukan micelle terganggu
Proses pencernaan dan penyerapan lemak tidak dapat berjalan dengan baik
DIARE
 


















IV.             GEJALA KLINIS

Ë  Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi adalah :
·         Mula-mula pasien merasa gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat ,nafsu makan berkurang. Tinja bersifat cair ,mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktose yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.Gejala muntah juga dapat terjadi. Timbul dehidrasi akibat kebanyakan kehilangan cairan dan elektrolit . Gejala dehidrasi mulai nampak yaitu berat badan menurun turgor berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi cekung ( pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.











ANAMNESIS, PEMERIKSAN FISIK, PEMERIKSAAN PENUNJANG, DIAGNOSIS, DAN KOMPLIKASI PADA PENYAKIT DIARE
A.   Anamnesis
1.      Anamnesis pribadi, meliputi :
·         Nama
·         Umur
·         Alamat
·         Pekerjaan
·         Jenis Kelamin
2.      Anamnesis Penyakit
1.      Kapan timbulnya dan berapa lamanya ia menderita diare ?
Contoh: Setelah menderita diare, kemudian sembuh untuk beberapa hari, dapat kambuh lagi, misalnya pada colitis ulserativa, diare psikhogenik, dan colitis amebika yang kronis.
2.      Apakah penderita waktu tidur terbangun karena hiperperistaltik usus ?
Pada keadaan biasa penderita mengalami diare pada waktu sedang bangun. Tapi bila keadaan berat, maka tengah malam terbangun karena diare. Hal ini dapat dijumpai pada penderita colitis ulserativa, salmonellossis, disentri akut, dan pada enteritis regional.
3.      Bagaimana bentuk tinja ?
Perlu sekali ditanyakan bentuk tinja.
Pada kokitis ulsertiva setiap saat tinjanya berwarna merah darah tua. Sedangkan pada penderita diare psikhogenik, regional enteritis sprue, sering tinjanya bebas dari warna merah darah. Tinja yang bergumpal-gumpal berwarna pucat dijumpai pada sindroma malabsorpsi. Tinja cair seperti cairan beras terdapat pada penderita El Tor. Tinja darah lendir terdapat pada sindroma disentri. Tinja banyak berlendir dapat dilihat pada beberapa penyakit, misalnya “mucous colitis”.
4.      Di bagian mana terasa nyeri ?
Terasa nyeri di peri umbilical atau kwadran kanan bawah merupakan kelainan pad usus halus misalnya pada enteritis regional, psikhogenik hiperperistaltik dari usus halus. Diare dengan rasa nyeri di abdomen bagian bawah, menunjukkan sakit pada kolon. Rasa nyeri di sacral atau rectal mungkin suatu inflamasi atau obstruksi atau disfungsi dari rectum atau rektosigmoid. Mungkin juga timbul diare tanpa disertai rasa nyeri, biasa dijumpai pada El tor. Rasa nyeri yang terus menerus sampai bertahun-tahun lokalisasi taj tentu biasanya dijumpai pada histeri.

B.   Pemeriksaan Fisik
Beberapa pemeriksaan yang harus mendapat perhatian pada penderita yang mengalami diare di antaranya ialah :
1.      Suhu badan
Bilamana kulit penderita teraba panas, maka kemungkinan besar ia menderita penyakit inflamasi atau neoplasma, misalnya enteritis regional atau limfoma.
2.      Penurunan berat badan, disertai dengan edema, tanda-tanda vitamin defisiensi, anemia, tetani atau kadang-kadang dengan diaatese hemorrhagi dijumpai pada yang menderita sindroma malabsorpsi.
3.      Abdomen protuberant tanpa adanya “shifting dullness”, sering dijumpai pada penderita sprue.
4.      Bila disertai tanda-tanda arthritis biasanya terdapat pada colitis ulserativa, enteritis regional, dan penyakit whipple.
5.      Pada colitis ulserativa, enteritis regional kadang-kadang juga dijumpai tanda reaksi hipersensitivitas misalnya : iritis, eritema multiforme, pioderma gangrenosum, atau eritema nodusum.

C.   Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
·         Pemeriksaan tinja baik makroskopik maupun mikroskopik harus dilakukan untuk menentukan diagnose yang pasti.
·         Secara makroskopik harus diperhatikan bentuk, warna tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak dan lain-lain. Bau tinja yang spesifik perlu diperhatikan, misalnya: bau anyir seperti telur busuk terdapat pada disentri amebika, bau seperti minyak busuk terdapat pada sindroma malabsorpsi.
·         Pada mikroskopik ada tidaknya leukosit, eritrosit, telur cacing, parasit, bakteri dan lain-lain.
·         Selain pemeriksaan tinja, perlu diperiksa darah misalnya pada sindroma malabsorbsi.
·         Pemeriksaan darah tepi lengkap. ( kapita selekta hal 502)
·         Pemeriksaan analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma.( kapita selekta hal 502)
·         Pemeriksaan urin lengkap. ( kapita selekta hal 502)
Endoskopi
Pemeriksaan endoskopik sebaiknya dikerjakan sebagai pekerjaan rutin pada setiap penderita dengan diare. Lebih-lebih lagi setelah ditemukan “colon fiberscope” maka akan mempermudah dalam membuat dignosa. Tapi setidak-tidaknya pemeriksaan rektosigmoidoskopik perlu dikerjakan. Bila ditemukan suatu kelainan misalnya dicurigai adanya keganasan, maka akan sebaiknya dilakukan operasi.
Radiologi
Penderita sering menderita diare yang hilang timbul misalnya colitis ulserativa, regional enteritis. Untuk menegakkan diagnose perlu diperiksa secara radiologi  
D.   Diagnosa
Gastroentritis acut  + Dehidrasi
                                     





PROMOTIF,PREVENTIF DAN REHABILITATIF UNTUK DIARE

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare :

1.      Banyak menggunakan air bersih
Air bersih merupakan barang yang mahal saat sekarang karena dibeberapa daerah banyak yang mengalami krisis air bersih. Namun penyediaan air bersih yang memadai penting untuk secara efektif membersihkan tempat dan peralatan memasak serta makanan, demikian pula untuk mencuci tangan. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi tertelannya bakteri patogen pada anak.
Kita juga harus membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat salah satunya dengan mencuci tangan dan sabun ketika mau makan atau setelah memegang benda yang kotor. Demikian juga peralatan sumber air untuk bayi, tempat yang digunakan dan lainnya harus bersih untuk mencegah terjadinya diare.

2.      Mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun, terutama setelah buang air besar dan sebelum memegang makanan dan makan merupakan salah satu cara mencegah terjadinya diare. Keluarga dan setiap individu harus paham fungsi dan manfaat mencuci tangan dengan sabun.
Cuci tangan dengan bersih dilakukan setelah membersihkan anak yang buang air besar, membuang tinja anak, dan buang air besar. Cuci tangan juga perlu dilakukan sebelum menyiapkan makanan, makan, dan memberikan makanan kepada anak. Anak juga secara bertahap diajarkan kebiasaan mencuci tangan.

3.      Penggunaan jamban
Penggunaan jamban yang baik adalah apabila tidak ada tinja yang tertinggal (menempel) di sekitar jamban, serta teratur dalam membersihkan dan menyikat jamban. (Sutomo, 1995). Sedangkan karakteristik jamban yang baik sebagai berikut: dapat digunakan oleh semua anggota keluarga, berjarak sekurang-kurangnya 20 meter dari sumber air dan pemukiman, tandon penampung tinja sekurang-kurangnya sedalam 1 meter, serta tidak memungkinkan lalat/serangga hinggap di tampungan tinja (dengan sistem leher angsa).

4.      Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
5.      Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain)
6.      Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
Menurut WHO (1995), orang dapat mencegah diare bila mereka memahami disebabkan oleh apa diare itu dan bagaimana serta tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap penyakit itu. Mereka dapat menghentikan diare dan menyelamatkan ana-anak dari kematian akibat penyakit ini bila mereka belajar bagaimana mengobati diare. Maka orang- orang harus Mengetahui:

ü  air yang diambil dari empang sungai atau sumber air yang telah terkotoroleh manusia, hewan dan lain-lain itu mengandung bibit penyakit diare
ü  bahwa makanan aka membawa bibit penyakit bila tidak segar, ditinggal di tempat hangat, dihinggapi lalat, serangga, tikus dan binatang lain.
ü  bahwa makanan dapat membawa bibit penyakit diare bila makanan itu tidak dicuci dengan baik setelah berak dan atau setelah bekerja.
ü  jangan makansembarang makanan/apalagi makanan mentah. Lindungi semua makanan dari kebusukan.
ü  senantiasa mencuci tangan dengan baik (dengan sabun dan air bersih,bila mungkin),yaitu:
·         setelah berak atau bekerja
·         sebelum memasak, mengolah makanan, dan makan
·         sebelum memberi makan pada anak-anak.





REHABILITATIF
Ø  Terapkan sikap PHBS
Ø  Istirahat
Ø  Pemberian makanan lunak dalam porsi kecil berulang kali
Ø  Hindari makanan dan minuman yang dapat merangsang peristaltik seperti alkohol,kopi,lada,dll.





















PENATALAKSANAAN DIARE AKUT

Penatalaksanaan pada diare akut antara lain:
Ø REHIDRASI
·         Bila pasien keadaan umum baik tidak dehidrasi, asupan cairan yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic mengandung elektrolit dan gula atau starch harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif dan lebih praktis daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain: pedialit, oralit dll. Cairan infuse antara lain: ringer laktat dll. Cairan diberikan 50-200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
·         Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai dulu derajat dehidrasi. Dehidrasi terdiri dari dehidrasi ringan, sedang dan berat. Ringan bila pasien mengalami kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien kehilangan cairan 5-8% dari Berat Badan. Berat bila pasien kehilangan cairan 8-10% dari Berat Badan.
·         Prinsip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh.
·         Macam-macam pemberian cairan:
1.      BJ plasma dengan rumus:

Kebutuhan cairan= BJ plasma – 1,025 x Berat badan x 4 ml
                                        0,001
2.      Metode Pierce berdasarkan klinis:
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan =  5% x Berat badan (kg)
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg)
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x Berat badan (kg)


3.      Metode daldiyono berdasarkan skor klinis a.l (Lihat Tabel)

Kebutuhan cairan = Skor x 10% x kgBB x 1 liter
                                      15

Tabel 5. Skor penilaian Klinis Dehidrasi
Klinis
Skor
Rasa haus/muntah
1
Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg
1
Tekanan darah sistolik < 60 mmHg
2
Frekuensi nadi > 120 kali/menit
1
Kesadaran apati
1
Kesadaran somnolen, spoor atau koma
2
Frekuensi napas > 30 kali/menit
1
Facies cholerica
2
Vox cholerica
2
Turgor kulit menurun
1
Washer woman’s hand
1
Ekstremitas dingin
1
Sianosis
2
Umur 50-60 tahun
-1
Umur > 60 tahun
-2

      Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama 3 disertai syok diberikan cairan per intravena.


     Cairan rehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selang nasogastrik atau intravena. Bila dehidrasi sedang/berat diberikan sebaiknya pasien dibberikan cairan melaui infuse pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan/sedang pada pasien masih dapat diberikan cairan per oral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontra indikasi atau oral/saluran cerna atas tak dapat dipakai. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g Natrium Bikarbonat dan 1,5 KCL setiap liter. Contoh oralit generic, renalyte, pharolit dll.

Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
a.       Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau skor Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam ini agar tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin.
b.      Satu jam berikut/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan j=kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral.
c.       Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan Insensible water loss (IWL).

Ø  DIET
Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat. Pasien dianjurkan justru minum minuman dicerna seperti pisang, nasi, keripik dan sup. Susu sapi harus dihindarkn karena adanya defidiensi lactase transien yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Minuman berkafein dan alcohol harus dihindari karena dapat meningkatkan motitilitas dan sekresi usus.

Ø  OBAT ANTI-DIARE
Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala.
a.       Yang paling efektif yaitu derivate opioid misal loparamine, defenoksilat-atropin dan tinktur opium. Loperamine paling disukai karena tidak adiktif dan memiliki efeksamping paling kecil. Bismuth subsalisilat merupakan obat lain yang dapat digunakan tetapi kontraindikasi pada pasien HIV karena dapat menimbulkan ensefalopati bismuth. Obat antimotilitas penggunaannya harus hati-hati pada pasien disentri yang panas (termasuk infeksi Shigella) bila tanpa disertai anti mikroba, karena dapat memperlama penyembuhan penyakit.
b.      Obat yang mengeraskan tinja: atapulgite 4 x 2 tab/hari, smectite 3 x 1 saset diberikan tiap diare/BAB encer sampai diare berhenti.
c.       Obat anti sekretorik atau enkephalinase: Hidrasec 3 x 1 tab/hari

Ø  OBAT ANTIMIKROBA
Karena kebanyakan pasien memiliki penyakit yang ringan, self limited disease karena virus atau bakteri non-invasif, pengobatan empiric  tidak dianjurkan pada semua pasien. Pengobatan empiric diindikasikan pada pasien-pasien yang diduga mengalami infeksi  bakteri invasive, diare turis (traveler’s diarrhea) atau imunosupresif. Obat pilihan yaitu kuinolon (missal siprofloksasin 500 mg 2 x/hari selama 5-7 hari). Obat ini baik terhadap bakteri pathogen invarsif termasuk Campylobacter, Shigella, Salmonella, Yersinia, dan Aeromonas species. Sebagai alternative yaitu kotrimoksazol (trimetropin/sulfametoksazol, 160/800 mg/hari, atau erotromisin 250-500 mg 4 x/hari selama 7 hari diberikan bagi yang dicurigai giardiasis.
            Untuk turis tertentu yang berpergian ke daerah resiko tinggi, kuinolon (misal siprofloksasin 500 mg/hari) dapat dipakai sebagai profilaktik yang memberikan perlindungan sekitar 90%. Obat profilaktik lain termasuk trimetropim-sulfametoksazol dan bismuth subsalisilat. Pathogen spesifik yang harus diobati adalah Vibro cholera, Clostridium difficile, parasit, traveler’s diarrhea, dan infeksi karena penyakit seksual (gonorrhea, sifilis, klamidiosis, and herpes simpleks). Pathogen yang mungkin di obati termasuk Vibro non kolera, Yersinia, dan Camphylobacter, dan bila gejala lebih lama pada infeksi aeromonas, Plesiomonas dan E coli enteropathologenic. Obat pilihan bagi diare karena Clostridium difficile yaitu metonidazol oral 25-500 mg 4 x/hari selama 7-10 hari. Vankomisin merupakan obat alternative, tetapi bila diberikan secara parenteral. Metronidazol intravena diberikan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi pemberian per oral. Obat antimikroba dapat dilihat pada Tabel.

 

DEHIDRASI

Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum). Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat elektrolit tubuh.
Dehidarasi terjadi karena
§  kekurangan zat natrium;
§  kekurangan air;
§  kekurangan natrium dan air.
Selain mengganggu keseimbangan tubuh, pada tingkat yang sudah sangat berat, dehidrasi bisa pula berujung pada penurunan kesadaran, koma, hingga meninggal dunia, atau tidak.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria sebagai berikut :
a.       Dehidrasi ringan(kehilangan cairan < 5 % berat badan )
1.      keadaan umum baik dan sadar
2.      tanda vital dalam batas normal
3.      ubun ubun besar tidak cekung,mata tidak cekung,air mata ada,mucosa mulut dan bibir basah
4.      turgor abdomen baik,bising ususnormal
5.      akral hangat
Pasien dapat di rawat di rumah,kecuali apabila terdapat komplikasi lain ( tidak mau minum,muntah terus menerus,diare frekuen)
b.      Dehidrasi sedang ( kehilangan cairan 5- 10 % berat badan )
1.      keadaan umum gelisah atau cengang
2.      ubun ubun besar sedikit cekung,mata sedikit cekung,air mata kurang,mucosa mulut dan bibir sedikit kering
3.      turgor kurang
4.      akral hangat
Pasien harus rawat inap
c.       Dehidrasi berat ( kehilangan cairan > 10 % berat badan )
1.      keadaan umum lemah,letargi atau koma
2.      ubun ubun sangat cekung,mata sangat cekung,air mata tidak ada,mucosa mulut dan bibir sangat kering
3.      anak malas minum atau tidak bias minum
4.      turgor kulit buruk
5.      akral dingin
Pasien harus rawat inap
Penatalaksanaan diare dengan dehidrasi ringan – sedang
1.      diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
rehidrasi dapat menggunakan oralit 75cc/kgBB dalam 3 jam pertama dilanjutakan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai umur kebutuhan oralit berdasarkan umur
Umur
Jumlah oralit yang diberikan tiap BAB
Jumlah oralit yang disediakan di rumah
< 12 bulan
50-100 ml
400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun
100-200 ml
600-800 ml/hari ( 3-4 bungkus)
> 5 tahun
200-300 ml
800-1000 ml/hari (4-5 bungkus)

2.      diare dengan dehidrasi berat
anak anak dengan tanda dehidrasi berat dapat meninggal dengan cepat karena syok hipovolemik,sehingga mereka harus mendapatkan penanganan dengan cepat
rehidrasi sebagai prioritas utama terapi. Ada bebarapa hal yang penting agar dierhatikan untukmemberikanrehidrasi yang cepat dan akurat,yaitu :
a.      Menentukan cara pemberian cairan
pergantian cairan melalui intravena merupakan pengibatan pilihan untuk dehidrasi berat,karena cara tersebut merupakan jalan tercepat untuk memulihakn volume darah yang turun.Rehidrasi IV penting terutama apabila ada tanda tanda syok hipovolemik (nadi sangat cepat dan lemah atau tidak teraba,kaki tangandingin dan basah,keadaan sangat lemas atau tidak sadar ) Cara lain pemberian cairan pengganti hanya boleh bila rehidrasi IV tidak memungkinkan atau tidak dapat ditemukan disekitar nya dalam waktu 30 menit .kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10 % berat badan (100 ml/kg)
b.      Jenis cairan yang hendak digunakan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kalium nya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja.Bila RL tidak tersedia dapat NaCL isotonic (0.9%) yang sebaik nya ditambahkan 1 ampul Nabk 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCL isotonic.PAda keadaan diare akut yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibat nya.
                        c.    Jumlah cairan yang hendak diberikan
Pada prinsip nya jumlah cairan yang diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang di keluarkan.Jika memungkinkan penderita ada baik nya ditimbang sehingga kebutuham cairan nya dapat diukur dengan tepat.Kehilangan cairan pada dehidrasi berat setara dengan 10 % berat badan.
Bayi harus diberi cairan 30 ml/kg BB 1 jam pertama,diikuti 70 ml/kg BB 5 jam berikutnya,jdi seluruh nya 100 ml/kg BB selama 6 jam. Anak yang lebih besar dan dewasa harus diberi 30ml/kg BB  pada 30 menit pertama,diikuti 70 ml/kg BB dalam 2,5 jam berikut nyqa sehingga selruh nya 100ml/kg BB selama 3 jam . Sangat berguna memberi tanda pada botol untuk menunjukkan jumlah cairan yang harus di berikan setiap jam bagi setiap penderita.
Sesudah 30 ml/kg pertama diberikan,nadi radialis yang kuat dapat teraba. Bial masih lemah dan cepat ,infuse 30ml/kg harus diberikan lagi dalam waktu yang sama.Meskipun begitu hal ini jarang dibutuhkan.Larutan oralit dalam jumlah kecil harus juga diberikan melalui mulut ( sekitar 5ml/kg BB per jam ) segera setelah penderita dapat minum,untuk memberi tambahan kalium dan basa,hal ini dilakukan selama 3-4 jam untuk bayi dan 102 jam untuk penderita yang lebih besar.
c.       Cara pemberian cairan
Rute pemberian cairan meliputi oral dan intravena.Larutanoralit dengan komposisi berkisar 29 g glukosa, 3,5 g NaCL, 2,5 g NaBik dan 1,5 g KCl setiap liternya diberikan per oral pada diare ringan sebagai upaya pertama dan juga setelah rehidrasi inisial untuk mempertahankan hidrasi .














STATUS PASIEN
Berikut adalah status pasien berdasarkan skenario:

Ë  ANAMNESIS PRIBADI
Nama :
Bocah
Umur : 12
tahun
Jenis Kelamin : Laki- laki

Ë  ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan Utama
                 : BAB encer 3 hari
Keluhan Tambahan           : Sen CM,lemas,turgor kulit lambat

Ë  RIWAYAT PENYAKIT
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
-
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Pemakaian Obat :

Ë  PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Vital Sign
: Temp 39 C,BB 20 kg

Ë  PEMERIKSAAN PENUNJANG : 

Ë  DIAGNOSIS                                : - DIARE DAN DEHIDRASI

Ë  DIAGNOSIS BANDING           : -




KESIMPULAN

Anak laki-laki yang berumur 12 tahun dengan keluhan BAB encer sejak 3 hari yang lalu di bawa ke rumah sakit dan di dapat hasil pemeriksaan sebagai berikut :

-          -Sen.Cm
-          -Lemas
-          -temperatur 39 C
-          -Berat Badan 20 kg
-          -Turgor kulit kembali lambat

Berdasarkan tanda dan gejala- gejala pada scenario,maka dikatakan bahwa anaktersebut mengalami diare dan dehidrasi.

Oleh karena itu,tindakan yang perlu dilakukan adalah terapy obat-obatan dan rehidrasi sebagai prioritas utama dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

§  Cara pemberian cairan
§  Jenis cairan yang digunakan
§  Jumlah cairan yang hendak diberikan









DAFTAR PUSTAKA

·         Alwi,idrus,dkk.2009.buku ajar IPD jilid I edisi V.jakarta : Internalpublishing
·         Kapita selekta kedokteran jilid 1
·         Prof. DR. dr. Sujono Hadi ( Gastroentology)
·         Sudoyo, Aru W, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi V, Internal Publishing , Jakarta : 2009
·         Sudoyo, Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. interna Publishing. Jakarta: 2009.
·         Sulaiman , H. Ali dkk, GASTROENTEROLOGI HEPATOLOGI, C.V Infomedika, Jakarta
·         C.Scanlon, Valerie, Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi, Edisi 3,EGC. Jakarta :2006
·         http://ilmufarmakologi.blogspot.com/2010/06/cyclic-adenosine-monophosphate-camp.html
·         Widjaja, Dr.dr.I. Harjadi, PA, Anatomi Abdomen, EGC. Jakarta :2008